Gerakan Literasi merupakan gerakan yang bertujuan untuk memupuk kebiasaan dan motivasi membaca siswa agar mampu menumbuhkan budi pekerti melalui bacaan. Pada era globalisasi ini, budaya literasi ini sangat erat kaitannya dengan dunia pendidikan, Sebagian besar proses pendidikan bergantung pada kemampuan dan kesadaran literasi. Budaya literasi yang tertanam dengan baik akan memengaruhi keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan pendidikan dan mencapai keberhasilan dalam kehidupan bermasyarakat. Dari manakah ilmu pengetahuan didapat? Dari melihat dan mendengar? Apakah cukup? Kamu pasti bersepakat bahwa sumber pengetahuan paling banyak dan mendalam adalah buku, baik buku cetak maupun buku elektronik. Oleh karena itu, ketrampilan membaca menjadi keterampilan yang sangat penting untuk dikembangkan menjadi budaya, bahkan kebutuhan setiap orang
Penguasaan literasi merupakan indikator penting untuk meningkatkan prestasi generasi muda dalam mencapai kesuksesan.
Menurut Lerner (1988:349), kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Penanaman budaya literasi harus dilakukan sedini mungkin terutama pada siswa yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Dengan penerapan budaya literasi sedini mungkin diharapkan mampu menjadi modal utama dalam mewujudkan bangsa yang cerdas dan berbudaya.
Melihat begitu rendahnya minat membaca siswa di Indonesia tentu ini akan berdampak pada rendahnya kualitas sumberdaya manusia Indonesia yang tahun ini akan menghadapi MEA (Mayarakat Ekonomi Asean) sehingga masyarakat Indonesia akan sangat sulit untuk bisa bersaing dengan masyarakat dari negara lain di Asean. Untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia biasa kita mulai dari sekolah, yang mana sekolah itu merupakan tempat/lembaga yang dirancang untuk melaksanakan proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa yang tentunya kegiatan itu tidak terlepas dari aktifitas membaca.
Dalam hal ini sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam menumbuhkan budaya literasi siswa. Oleh karena itu, sekolah harus memfasilitasi sarana dan prasarana yang mampu mengembangkan bakat dan kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan literasi. Melalui pengoptimalan fungsi perpustakaan mini sekolah dapat menjadi solusi untuk menumbuhkan minat siswa dalam melakukan kegiatan literasi tersebut.
Bentuk dari pengoptimalan literasi di SMA Negeri 15 takengon salah satunya melalui penyediaan: Pojok Literasi Kelas. Pojok literasi di sekolah diletakkan di pojok belakang ruang kelas. Pojok baca tersebut ditata sedemikian rupa, sehingga peserta didik nyaman saat membaca buku. Di setiap pojok literasi terdapat rak yang berisi koleksi buku.
Pojok baca ini yang akan mendukung kegiatan gemar membaca di sekolah. Peserta didik sebulan sekali wajib membaca buku pelajaran maupun nonpelajaran yang kemudian akan disimpan di rak pojok baca selama satu bulan. Kemudian buku tersebut, akan diabsen sesuai dengan pemiliknya. Peserta didik yang telah membawa buku dapat saling meminjamkan. Setelah peserta didik membaca buku, kemudian akan diresume di buku catatan khusus. Sehingga, selain peserta didik belajar membaca peserta didik juga dapat belajar mengingat dan menulis. Hal ini bertujuan, agar setiap waktu luang untuk membiasakan peserta didik melakukan literasi. Wali kelas membuatkan kontrak membaca untuk melaporkan hasil literasinya setiap satu buku selesai dibaca. Dengan pembiasaan, peserta didik akan terbiasa membaca buku dan menjadi kecanduan membaca dan menjadi pembaca sepanjang hayat. Upaya seperti ini dapat meningkatkan minat baca peserta didik. Semoga upaya ini dapat bermanfaat bagi peserta didik, pihak sekolah dan pemerintah yang terkait.
Penulis : Rosmawati N, M.Pd
Jadilah yang pertama berkomentar di sini